"kelanjutan penyelidikan kematian keluarga Sawada"
Tim detective mendatangi
perkumpulan sekte “God’s Light”. Pendeta memperkenalkan anggotanya, yang tinggi
pakai baju biru, Nishiyama, sedangkan yang pendek berbaju ungu, Hayakawa.
Mereka menginterogasi Nishiyama dan Hayakawa secara terpisah. Tachibana meminta
ia yang akan menginterogasi Hayakawa.
Ketua Ichikura dan Ishikawa
menginterogasi Nishikawa.
“hari sebelum keluarga Sawada
terbunuh sore hari, sekitar pkl 1, kau dan Hayakawa-san mengunjungi rumah
mereka.”ujar ketua Ichikura memulai interogasinya. Nishikawa membenarkan. “ada
tetangga yang melihatmu dan nyonya Sawada berdebat di depan pintu, apakah itu
mengenai urusan agama?”. Nishikawa kembali membenarkan.”para tetangga juga
mengatakan bahwa mereka mendengar nyonya Sawada berteriak meminta uangnya
kembali. Apakah itu juga benar?”
“itu bukan ingatanku. Mungkin
mereka salah dengar?”
“benarkah?”Tanya ketua Ichikura
menekankan.”ngomong2 bisakah kau mengatakan pada kami apa yang kau lakukan? Di
hari kejadian sampai keesokan harinya?”
“tentu saja.” Jawab Nishikawa
yang kemudian melihat catatan di Hp-nya. Terlihat tangan kanannya diperban.
Tiba2 Ishikawa merasakan sakit
kepala lagi. Kemudian mncullah Ruo, anak laki2 keluarga Sawada. Ia berjalan
berdiri di dekat tempat duduk Nishiyama, lalu berkata tanpa suara yang tak
dimengerti Ishikawa.
“itu terjadi ketika masih di
Teito Hotl di Akasaka,”jawab Nishiyama setelah melihat catatannya.
“kapan itu dimulai?” Tanya ketua
Ichikawa.
“itu dimulai pada jam 3 dan
pulang jam 7 malam.”
“dari jam berapa kau di sana?”
“orang ini bukan yang membunuh
kita.” Ishikawa dikejutkan oleh suara arwah nyonya Sawada yang berdiri
di belakangnya. Ia reflek menoleh ke belakang. Ia melihay tuan dan nyonya
Sawada yang kemudian berjalan ke belakang kursi di depannya.
“kita tahu siapa
pembunuhnya.”kata tuan Sawada.
“siapa pembunuhnya?”Tanya
Ishikawa pada tuan Sawada. Ketua Ichikura dan Nishiyama heran menoleh ke
arahnya. Suasana jadi hening.
“anak nyonya Kurahashi, yang
tinggal di tempat asal kami,”jawab tuan Sawada. [kenapa tidak dari awal sih memberitahukan pelakunya, biar cepet
selesai kasusnya]
Ishikawa meminta maaf pada ketua
Ichikura dan Nishiyaama, menyuruh mengabaikan perkataannya barusan.
Ishikawa mendatangi kantor polisi
untuk mengecek sesuatu.
Saat ishikawa berjalan
sendiarian, ia merasakan sakit kepala lagi. Kemudian terdengar suara tuan
Sawada,”pada malam itu,”arawah tuan dan nyonya sawada muncul, “aku mendengar
jendela terbuka di lantai dua dan terbangun.”jelas tuan Sawada.”ketika aku ke
jalan ruang masuk dia[pelaku] sudah berdiri di sana dengan sebuah pisau. Itu
adalah kesalahanku, tidak menguncinya dengan benar. Aku mencoba menolong istri
dan anakku, tapi … aku tidak bisa.”
“apakah kau pernah bertemu si
pembunuh sebelumnya?”Tanya Ishikawa.
“kami menyapanya jika kita
melihatnya di kota. Tapi kadang2 ketika kita melakukannya dia terlihat benar2
aneh di matanya. Kita tahu ibunya sebelumnya, dia[nyonya Kurahashi] seorang
sales asuransi jadi dia sering datang ke rumah kami. Kurahashi-san membesarkan
anak laki2nya sendiri.” Terang nynya Sawada.
“apakah kau memiliki bukti bahwa
dia pembunuhnya?”
“aku sengaja mencakar wajahnya,
luka itu pasti masih di sana.”
“apakah hanya dia?”
“ya. Hanya dia satu2nya yang kami
lihat.”ganti tuan Sawada yang menjawab.
“apakah kau memiliki suatu
ingatan setelah terbunuh?”
“tidak. Sampai kau datang.”jawab
nyonya Sawada.”kita benar2 blacked-uot,
hanya mati. Kau sebenarnya yang membangunkan kita.” Ishikawa yang terkejut
mendengarnya langsung menoleh pada nyonya Sawada.
“kita hanya bisa ‘terbangun’
ketika bericara padamu.”lanjut tuan Sawada.”dan ketika kita terbangun, kita
bisa mengingat sakit dan trauma dari kejadian itu.”
“tolong tangkap pembunuh itu
untuk kita,”pinta nyonya Sawada. Ishikawa tampak berfikir. Kemudian ada anak
laki2 yang melewatinya, arwah nyonya dan tuan Sawada tiba2 sudah menghilang.
Ishikawa mendatangi apartement
nyonya Kurahashi. Hanya anaknya yang ada di rumah (ia memiliki luka yang
dipester di pipi kirinya), ia berkata bahwa ia sudah diinterogasi oleh
seseorang kemarin. Tapi Ishikawa bahwa ia masih ingin mengonfirmasinya lagi.
“apakah kau mengenal keluarga
Sawada dengan baik?”
“tidak juga. Ibuku yang kenal
mereka dengan sangat baik.”
“malam saat kejadian terjadi
dimana kau?”
“aku telah menjawabnya kemarin.”
“bisakah kau tolong menjawabnya
sekali lagi?”
“aku sedang di karaoke dekat
stasiun KA sampai pagi dengan seorang teman. Kau bisa pergi mengeceknya pada
penjaga di sana jika kau ingin, aku seharusnya ada di sana.”
“dari jam berapa kau di sana?”
“dari jam 12 sampai jam 5 pagi.”
“dan pada jam 11 di mana kau?”
“aku ada di sini[rumah]!! ibuku
bisa membuktikan itu.”
“apa yang terjadi?” Tanya nyonya
Kurahashi yang baru pulang sambil membawa belanjaan. Anaknya bahwa Ishikawa
adalah seorang polisi.
“bu, pada jam 11 malam saat
peristiwa it terjadi aku di rumah, kan?”
“aku akan berbicara
dengannya[Ishikawa], kau kembali masuklah ke dalam.” Pinta nyonya Kurahashi
pada anaknya.
Nyonya Kurahashi berpaling kea
rah Ishikawa,”anakku di sini pada saat waktu yang kau tanyakan. Aku membuatkan
makan malam untuknya, aku bisa mengingatnya dengaan jelas.”
“oh, baiklah. Ngomong2, apa
pekerjaan anak anda?”
“beberapa waktu lalu, dia melukai
dirinya jadi dia tidak bekerja beberapa waktu. Dia memiliki tubuuh yang lemah
sejak kecil. Apakah kau sudah selesai? Aku harus pergi membuatkan malam malam
untuknya.”
Akhirnya Ishikawa pamit pergi.
Ishikawa tampak duduk sendirian
di ruang pertemuan polisi[sepertinya]. “apakah kau ingat pakaian si pembunuh?”
Ternyata di depannya berdiri
arwah nyonya Sawada,”dia memakai kaos hitam dan jeans. Dan dia memiliki cap
dengan logo S padanya.”
“bisakah kau lihat semua itu di
dalam kegelapan?”
“ketika aku terbangun, lampu
sudah menyalah di dalam ruangan.”
“kenpa si pembunuh menyalakan
lampu?”. Nyonya Sawada ragu2 menjawabnya.”apakah itu sulit bagimu untuk
menjawabnya?”
“tidak … setelah dia menyalakan
lampu, dia melihatku lekat2 dan berkata ‘itu akan percuma jika kau tidak bisa melihat
apapun’,
setelah itu dia mendekat dan menusukku.”
“apa yang kau selidiki?”Ishikawa
dikagetkan oleh suara ketua Ichikura yang membuatnya langsung menoleh ke
belakang.
“ahhh…. Aku mendapat informasi
bahwa pria ini sering di taman dekat rumah korban.”
“dia memiliki alibi yang kuat. Dia
tidak terlihat seperti type berkelompok juga. Ketua berkata bahwa jika ada kecurigaan,
kesaksian tentang Nishiyama dan Hayakawa harus kita ambil. Media mulai sepakat
jadi ketua menjadi tegang. Itu akan berat untuk menyelidiki ini beberapa saat.”jelas
ketua Ichikura. Ishikawa tak perduli, ia ingin tetap mencobanya.
“kau akan membutuhkan sesuatu
lebih daripada rumor, untuk mengubah ketua polisi lebih dahulu.”
“aku tahu itu.”
Ishikawa pergi ke sebuah club
malam. Ia langsung menjadi perhatian semua orang saat masuk ke dalam. Ia
langsung menyelonong masuk menghampiri orang yang sedang duduk memakai topi
lalu memperlihatkan lencananya. Semuaa orang kemuar saat orang itu dengan
tangannya mengisyaratkan untuk pergi. orang itu adalah Akai [Arata Furata],
seorang informan. si penjaga bar tidak keluar, ia berjalan menghampiri mereka.
“apakah kau ingin sesuatu untuk
diminum.” Tanya tuan Akai.
“tidak.”
“jadi apa yang kau butuhkan?”
“aku ingin membuat rencana untuk
ini …” Ishikawa meletakkan secarik kertas di meja.
Tuan Akai melihatnya,”terlihat
sangat sulit … itu akan jadi sangat sulit untuk pria sepertiku. “
“Apakah kau merendah atau mencoba
bernegosiasi denganku?”
“kau tahu bahwa aku exclusive
dengan boss-mu, kan?”
“itu tidak ada hubungannya. Aku
dengar bahwa kau adalah ahlinya. Aku akan memutuhkan sesuatu yang bagus.”
“okay, baiklah. Aku memiliki
seseorang yang sempurna untuk itu. Dia keras kepala. Jadi dia tidak akan mudah.”
Tuan akai menaruh kertas dari Ishikawa di dalam bukunya, kemudian meletakkannya
di meja. Mungkin artinya ia menolak. Tapi, karena Ishikawa diam saja tak
bergeming, ia akhirnya setuju.”kerja bagus menggunakan memo untuk menghindari
rekaman, kau mendapat extra point untuk itu. Bagi kepentingan kita berdua. Ayo
kita coba untuk berhati-hati tentang bagaimana kita mengatasiinformasi kita.”
Tuan Akai memberikan kertas itu kembali pada Ishikawa.
“berapa banyak yang kau
inginkan?”
“sejak ini pertama kalinya
buatmu, aku akan melakukannya gratis. Tapi ingat bahwa kau berhutang padaku.”
“… tentang boss-ku …”
“wow, kau langsung ke pokoknya.
Tentu saja aku tidak akan mengatakan padanya.”
“aku mengandalkanmu.”Ishikawa
kemudian berjalan pergi, tapi langkahnya terhenti saat tuan Akai berkata …
“boss-mu mengatakan padaku bahwa,
dia memiliki pria muda yang tidak akan pergi ke jalan kotor. Dia berkata
namanya adalah Ishikawa atau sesuatu … mungkin aku salah.”
Ishikawa berjalan begitu saja
tanpa menoleh.
“yepp, dia lulus. Selamat
bekerja.”kata tuan Akai, lalu meminum wine-nya.
Esok harinya, datang seseorang laki2
tua berpakaian layaknya pengemis masuk ke kantor polisi. Ia mengatakan bahwa ia
telah melihat orang yang telah membunuh keluarga Sawada di taman.
Ketua Ichikura menginterogasinya
bersama Ishikawa yang duduk di belakangnya.
“apa yang dia kenakan?”Tanya ktua
Ichikura.
“kaos hitam dan jeans. Dan dia
mengenakan topi dengan logo S.”
“bagaimana bentuk tubuhnya?”
Tiba2 Ishikawa menghampiri mereka
dengan menunjukkan laptopnya,”apakah ini orangnya?”
Si saksi memperhatikannya, lalu
membenarkan dengan sangat yakin. Ketua Ichikawa penasaran, kemudian melihatnya,
terpampang foto facebook anak nyonya Kurahashi.”
Ishikawa keluar dari ruang
interogasi dengan cepat, ketua Ichikura yang berada di belakangnya
memanggilnya. Ishikawa hanya menoleh dengan wajah serius. Tapi ketua Ichikura
tak jadi mengatakan apapun.
[mungkin
yang diminta Ishikawa pada tuan Akai adalah saksi palsu itu, karena langsung
datang saksi yang mengaku melihat pelaku
setelah Ishikawa meminta bantuan tuan Akai]
Ishikawa dan Tachibana berada di tempat
penyeberangan jalan.
“kenapa kau memintanya datang ke
sini? Itu akan lebih baik untuk melakukannya di stasiun.”Tanya Tachibana.
“percayalah padaku saja.”
Lampu penyeberangan berwarna hijau,
dari seberang nyonya Kurahashi berjalan kearah mereka.
Mereka bertiga duduk di sebuah
café.
“aku hanya butuh keterangan
sekali lagi. Pada malam pembunuhan, di mana anda berada?”Tanya Ishikawa.
“aku ada di rumah.”
“apakah kau yakin tentang itu?”
“ya, aku yakin.”
Ishikawa mengeluarkan sesuatu
dari dokumennya, itu adalah foto nyonya Kurahashi yang berada di
supermarket,”tolong ceck waktunya?” dalam foto menunjukkan pukul 23:46:35.
“apa ini? Jelaskanlah.” Pinta
Tachibana.
“aku baru ingat. Aku sedikit
haus, jadi aku pergi untuk mendaptkan teh.”
“di toko 2 km dari rumah anda?”
Tanya Ishikawa.
“aku pikir aku pergi terlalu jauh
saat berjalan-jalan juga.”
“jalan2? Kau pergi untuk
berjalan-jalan dengan tas sebesar ini? Jangan membuat kami tertawa.” Tachibana
mulai kesal.
”menurut daftar pembelian, kau
tidak membeli tea. Kau membeli sarung tangan dan pemotong kuku.”jelas
Ishikawa,”setelah jam 11 kau mendapatkan telephone dari seseorang meminta
sesuatu. Kau tidak bisa mengatakan tidak jadi kau bergegas dan meninggalkan
rumahmu. Dan kau mengambil tas ini untuk menghilangkan bukti. Dan mengganti
pakaian untuk orang LAIN. Kau tidak memiliki sarung tangan atau pemotong kuku
di rumah jadi kau membelinya. Kemudian pergi ke kediaman keluarga Sawada.”
Ishikawa memperlihatkan foto
kedua, foto mayat tuan Sawada ketika terbunuh. Nyonya Kurahashi mengalihkan
pandangannya.”setelah si pelaku menerima pakaian dari anda dan mengantinya, dia
meninggalkan rumah untuk membuat sebuah alibi. Dan kemudian kau mulai mulai
menghilangkan buktinya sendiri.”
Ishikawa memperlihatkan foto
ke-3, mayat nyonya Sawada yang ada di tempat tidur. Nyonya Kurahashi tambah tak
nyaman melihatnya.
“bagaimana perasaan saat
membersihkan dan dikelilingi tubuh mayat? HUH?”Tanya Tachibana emosi.
“karena kau pergi berkeliling
kota karena panggilan asuransi, kau tahu semua mengenai perdebatan nyonya
Miyuki-san dengan anggota organisasi agama. Jadi kau tidak menghapus jejak kaki
si pelaku. San kau membuat jejak lain yang akan terlihat seperti plaku
kejahatan oleh 2 orang [anggota ‘GOD’S LIGHT-Nishiyama dan Hayakawa].” Kemudian
Ishikawa memperlihatkan foto jejak sepatu di TKP.
Setelah melihat jam, Ishikawa
mengabil foto lain. Ia melihat nyonya Krahashi memandang ke luar café. Ishikawa
mengikuti arah pandangan nyonya Kurahashi, di luar terlihat anak2 dan ibu
mereka bergandengan tangan pulang sekolah dengan riang gembira. [apa Ishikawa
memang sengaja mengambil tempat dan waktu saat anak2 pulaang sekolah yah?? Karena
ia melihat jam-nya]
Ishikawa lalu memperlihatkan foto
korban terakhir, Ryo anak laki2 keluarga Sawada.”aku telah mati sekali
sebelumnya.”nyonya Kurahashi tampak terkejut mendngar perkataan Ishikawa,
Ishikawa memperlihatkan bekas luka teah di kepala bagian kirinya.”aku ditembak
saat bekerja. Ketika aku dibawa dari tempat kejadian ke RS, aku merasa seperti
sesuatu yang menakutkan sedang memandangku sepanjang waktu. Di sana tidak ada
kenangan dari memori indahku, yang terpancar di mataku. Dan itu mungkin karena
aku mencoba SANGAT KERAS untuk menghilangkan kekuatan yang menakutkan itu dan
tetap hidup. Tapi, itu tidak cukup. Tangan kekuatan menakutkan itu menangkapku
dan mendorongku ke dalam kegelapan. Ketika aku didorong ke dalam kegelapan itu,
aku tidak bisa merasakan ketenangan, kekuatan bebas. Semua yang aku raskan
adalah sakit dan penderitaan seperti hidupku telah dicuri. Mengambil kehidupan
seseorang sama saja mengambil masa lalunya, sekarang, dan masa depan. SEMUA-nya.
Itu adalah mencuri ingatan mereka, dan mencuri teman2 mereka serta kenangan2
para keluarga. Aku telah diselamatkan oleh keajaiban. Aku bisa tertawa dan
menangis. Tapi keluarga Sawada, mereka tidak akan sanggup tertawa bersama
seperti ini lagi selamanya.”
Ishikawa memperlihatkan foto
keluarga Sawada yang sedang tertawa bahagia. Nyonya Kurahashi memejamkan
matanya menahan tangis,”mencuri bagian yang paling penting, dari seseorang
seharusnya tidak boleh dimaafkan.”kata Ishikawa berkaca-kaca.
“… pembunuh mereka adalah anak
anda, kan?”Tanya Ishikawa to the pint.
“dari ketika ia masih kecil,
kapanpun dia jatuh atau melakukan sesuatu yang salah, dia selalu datang sambil
menangis dan memintaku untuk menlongnya, dia benar2 bergantung padaku. Dan sama
pada malam itu. ‘oka-san, tolong selamatkan aku’. Karena itu aku tidak bisa
memberikan kehangatan, rumah yang nyaman baginya. Aku pikir aku harus
membayarnya kembali dengan melakukan sesuatu padanya.” Tutur nyonya Kurahashi
dalam tangisnya.
“aku butuh keterangan satu lagi.
Ukuran kaki anda sekitar 23, apa yang kau gunakan untuk membuat jejak
sepatu[yang kecil]?”Tanya Ishikawa.
“sepatunya. Dari ketika dia di
SMP. Aku tetap menyimpan semua sepatunya ,..”nyonya Kurahashi sudah tidak bisa
membendung kesedihannya,”sejak dia lahir …”tangisnya meledak. [jadi anaknya iri
pada kehangatan keluarga yang dimiliki keluarha Sawada, karena dirinya hanya
tinggal bersama ibunya yang bekerja hingga larut malam yang membuatnya kesepian
dan kekurangan kasih sayang]
Anak nyonya Kurahashi sudah
berada di ruang interogasi. Di luar, Higa memberikan sebuah dokumen pada
Ishikawa yang kemudian di bawa masuk dengan ketua Ichikura. Sedangkan Tachibana
akan melihat dari ruangan samping [yang ada kaca untuk melihat ke ruang
samping]. Tachibana bertanya mengenai document apa yang tadi di berikan Huga?
“itu adalah hasil test bacteria
Ryo-kun.”jawab Higa. Kemudian ia minta izin melihat proses interogasinya juga.
Di ruang interogasi
“ibumu telah mengutarakan
semuanya. Semuanya telah berakhir sekarang. Bagaimana kau mengatakan dirimu?”
kata ketua Ichikura.”itu akan membuat ini mudah.”
“tidak mungkin bahwa oka-san akan
mengkhianatiku.”
“kau telah melakukan ini untuk
beberapa waktu, untuk ibu, kan? Memanggilnya dari TKP menangis. Memintanya untuk
daatang menolngmu, kemudian membuatnya membersihkan pekerjaan yang telah kau
lakukan. Kami menggunakan kesaksiannya untuk penyelidikan, serta kejadian yang
tidak terungkap juga. Jadi, apakah kau mengerti? Ibumu sudah memutukan untuk
membayar kejahatannya. Bagaimana kau mengambilnya sebagai contoh dan … mengakui
kejahatanmu?” anak Nyonya Kurahashi hanya diam seribu bahasa, itu membuat ketua
Ichikura kesal, dan meninggikan suaranya,”TIDAK BISAKAH KAU BICARA KETIKA IBUMU
TAK BERSAMAMU? APAKAH INGIN KAMI MEMANGGILNYA KE SINI?!!”
“DIAM!!”
“Terlihat bahwa kau telah membuka
identitas aslimu. Tetaplah begitu.”
“APAKAH KAU MEMPUNYAI BUKTI YANG
KUAT BAHWA AKU YANG MELAKUKANNYA? HUH?”
Sakit kEpala menyerang kembali pada
Ishikawa, ia kemudian melihat arwah Ryo di sampingnya memandang kearah anak
nyonya Kurahashi. Dari ruangan samping Higa memperhatikan arah pandangan
Ishikawa. Higa penasaran apa yang dilihat Ishikawa??
Ryo menoleh pada Ishikawa,
kemudian menunjuk pada anak nyonya Kurahashi. Ishikawa melihat arah yang ditunjukkan
Ryo dengan tatapan tajam seakan tahu maksudnya.
“APA YANG KAU LIHAT!?” Teriak
anak nyonya Kurahashi pada Ishikawa yang menatapnya.
Ishikawa bangkit berdiri dari
kursinya, kemudian menghampirinya. Ia lalu membisikkan sesuatu. Terlihat keterkejutan
diwajahnya setelah mendengarnya. Ketua Ichikura dan lainnya jadi heran
melihatnya.
Ishikawa memegang luka di pipi
kanan tersangka, yang kemudian ditepis,”apa yang kau lakukan …”suaranya
terdengar ketakutan.
“terlihat sepertinya kau bengkak.”
“kenapa jika aku bengkak?”
Ishikawa mengambil document yang
tadi diberikan Huga.”anak yang bunuh, Ryo telah terinfeksi virus OTAFUKU. Virus
Otafuku juga disebut penyakit ‘gindok’ dan transmittable.
Apakah kau tahu, virus itu ada di DNAs isik jari meerka? Itu semacam sidik jari.
Bayangkan oleh dirimu sendiri. Seluruh tubuhmu sekarang, dipenuhi sidik jari
Ryo-kun.”
Perkataan Ishikawa membuatnya
ketakutan, dan mencoba mengusap-usap kulitnya untuk menghilangkan sidik jadi
Ryo-kun.
“hasil forensic seharusnya cepat
keluar, tapi sebelum itu kita harus brbicara sedikit lagi dan kau harus
mendapatkan perawatan dan tidur.” Kata ketua Ichikura.
Ia hanya bisa menatap Ishikawa
dengan ketakutan. Ishikawa hanya memandang dengan tatapan dingin padanya. Ia berteriak
kesal.
Ishikawa menoleh pada Ryo lalu
mereka tersenyum.
Keluar dari ruang interogasi. Ishikawa
memberikan dokumennya kembali pada Higa.
“di sana tidak ada apapun mengenai
Ry-kun memiliki gondok di tubuhnya.”kata Huga.
“Ah, aku pikir itu kesalahanku. Itu
tidak seperti kita memaksa mengaku juga.”
Ketua Ichikura tersenyum,”aku
pikir kita selamat kali ini. Tapi apa yang akan kau lakukan jika di mengingat
mempunyai gondok sebelumnya?”
“ketika kau memiliki gondok atau
kau sakit, siapa yang biasanya mengatakan bahwa kau tidak sehat?”
“ibumu.”jawab Tachibana.
“aku tahu tidak mungkin bahwa dia
akan berbicara tentang itu dengan ibunya jadi aku mencobanya.”
“jadi kali ini adalah sebuah
HOME-RUN. Tapi lebih hati2lah lain kali.”ketua Ichikura mnasehatinya.
“baiklah.”jawab Hyuga sambil
membungkukkan badannya.
“agaimana petugas polisi
menakutkan dengan penutup.”kata Huga. Ishikawa berterima kasih padanya.”aku
sudak mengatakan padamu untuk kelonggaran.” Huga berjalan pergi.
Tachibana penasaran apa yang
Ishikawa bisikkan tadi pada si pelaku? ”dia benar2 kehilangan ketenangannya
setelah itu.”
“itu tidak penting.”
“katakana saja padaku.”
Akhirnya Ishikawa menjawab,”dia
bertanya padaku apa yang aku lihat, jadi aku mengatakan padanya ‘itu
akan percuma jika tidak bisa melihat semuanya’,” itu adalah kata2 nya
sebelum membunuh keluarga Sawada.
“’percuma?’ huh?”
tachibana heran, tak percaya.”kau PASTI berbohong.”
Ishikawa berjalan kembali masuk
ke ruang interogai untuk menyelesaikan laporannya. Tachibana masih tak percaya
dan menyuruhnya mengatakan yang sebenarnya.
“apakah dia selalu seperti itu?”Tanya
Tachibana pada ketua Ichikura.
“aku kira dia telah terlahir
kembali.”jawab ketua Ichikura sambil berjalan pergi dari sana.
Di dalam ruang interogasi. Ishikawa
melihat keluarga Sawada berdiri di depannya.
“terima kasih.”kata Ryo. Ishikawa
hanya mengangguk.
Itu adalah terakhir kalinya keluarga Sawada
muncul. Merka pasti akhirnya tenang dan pergi atau mungkin, itu karena tubuhnya
telah dikremasi. Atau mungkin aku baru saja kehilangan kekuatan untuk
berkomunikasi dengan orang mati. Satu hal yang aku yakini bahwa aku pernah mati
sekali dan telah terlahir kembali. Dan,
bahwa aku telah bekerja di pekerjaan dimana aku bisa menolong orang mati. Mulai
sekarang aku puas hanya mengetahui itu.
Ishikawa datang ke lokasi
kejadian pembunuhan, dan ia sedang melihat-lihat skitar TKP. Sakit kepala
kembali melanda … setelah sakit kepalanya hilang, ia melihat kesekelilingnya. Ia
melihat seorang wanita yang erdiri di atas balkon. Kemudian ia menghampirinya,
saat akan memperlihatkan lencananya, ia mengurungkannya karena ia tahu hantu
tak mungkin membutuhkannya. Wanita itu tampak sedih. Ishikawa langsung
bertanya,”siapa yang telah membunuhnya?”