Letter 3
The Letter I Read To You
Narasi Yuuki,”Semuanya biasa saja … tenang … dan membosankan ...”
Saaat Yuuki sedang piket menyapu, ia tiba2 mendengar suara piano. Karena penasaran ia berjalan menuju ruang musik. Ia mengintip untuk melihat siapa yang sedang bermain piano.
Ketika aku mendengar permainan pianonya … aku akan melihat diam2. Saat dia bermain piano.
Dia tetap memainkan lagu yang sama. Setelah 30 latihan, dengan lembut dia mengelap kunci piano.
Meutupnya. Membungkuk dengan penuh hormat kemudian meninggalkan ruang music.
Aku dengan cepat meinggalkan ruangan sebelum dia.
Seperti biasa Yuuki sepulang sekolah ia diam2 melihat permaian piano seorang gadis dengan diam2. Setelah gadis itu selesai memainkan piano, ia berniat meninggalkan ruang musik sebelum ketahuan mengintip. Tapi tak disangka ia terjatuh hingga menimbulkan suara. Karena ketahuan ia buru2 minta maaf saat gadis itu menoleh kearahnya.
Gadis itu juga meminta maaf karena bermain terlalu keras. Yuuki tidak mempermasalahkannya ia memuji jika musiknya sangat bagus. Dengan tersenyum si gadis bertanya apa ia (Yuuki) bersekolah di sini?
“ya”
“maafkan aku … aku telah menggunakan pianomu.”
“tidak masalah”
“piano di sekolahku … tune-nya rusak … tapi tidak ada orang yang memperbaikinya.”
“itu buruk”
“ya. Pertunjukan piano akan tiba, jadi aku khawatir. Aku meggunakan ini(piano) ketika tidak ada orang menggunakannya.”
“kau bisa tetap menggunakanya”jawab Yuuki dengan cepat. Ia senang karena bisa akhirya ia bisa berbicara dengan gadis itu.
“kau kelas berapa?”
“12”
“kau berarti betahun diatasku”
“Dia lebih muda dariku.”pikir Yuuki.
“apa kau punya waktu senggang”Tanya gadis itu.”duduklah. bisakah kau membacakan ini (surat) untukku?”
Yuuki berjalan mendekati gadis tersebut untuk mengambil suratnya. Karena melihat tatapan gadis itu tak focus kearahnya, Yuuki berfikir jika gadis itu buta. Dan benar saja, saat melihat kesekeliling ia melihat tongkat jalan buat orang buta didekatnya. Kemudian Yuuki mulai membaca suratnya, dear Azumi Sawako … ia berheti membacanya dan buru2 mengembalika surat itu karena sepertinya itu surat pribadi.
“aku ingin meminta keluargaku untuk membacakannya. Tapi setelah memikirkannya, rasanya tidak enak untuk meminta pada mereka untuk membacakan surat dari pacarku. Dia sedang siuk jadi tidak bisa menelephoneku. Aku tidak ingin mengirim sms, jadi aku memintanya mengirim surat. Itu tidak seperti aku bisa membacanya. Tapi surat butuh waktu untuk menulis … “ jelas Sawako.”bisakah kau menolongku?” pintanya.
“tapi kau tidak mengenalku, aku tidak ingin mengganggu kehidupan pribadimu …”
“tolonglah!” potong Sawako.
“baiklah …” jawab Yuuki enggan menolak. Sebelum membacakannya, ia membca dalam hati isi surat terebut.
Dear Sawako …
Aky mecintaimu, tapi …
Ayo kita putus.
Karena Yuuki tak kunjung membacakannya Sawako bertaya apa tulisannya susah dibaca? Tidak! Jawab Yuuki cepat. Kemdian ia mulai membacanya.
Dear Sawako
Aku… aku …
Karena merasa tidak enak menyakiti hati Sawako, ia kemudian melanjutkan dengan ersinya sendiri…
Aku menyukaimu saat bermain piano.
Aku merindukanmu.
Aku sedikit sibuk, aku tidak bisa benar2 bisa menulis surat, maaf.
Aku akan segera menulisnya lagi.
Setelah ia selesai membacanya, ia kemdian melihat Sawako menangis.
“aku bahagia”jawab Sawako,”berikankan … surat itu”dengan erat ia mendekap surat tersebut.
Memikirkan bahwa itu surat untuk putus …
Yuuki berjalan mengantarkan Sawako ke pemberhentian bus.
“senpai, berjalanlah di depanku.”pinta Sawako. Saat Yuuki berjalan di depan, Sawako meraik pergelangan tangan Yuuki,”terima kasih.”
“tidak usah mempermasalahkannya.”jawab Yuki gugup.
“selanjutnya … bisakah kau membacakannya untukku? Ketika suratya datang.”
Walau awalnya Yuuki terkejut, ia kemudian mengiyakanya. Tentu saja Sawako senang mendengar.
Saat Sawako sedang meuggu bus, di sisi lain Yuuki berjalan menuju rumahnya dengan perasaan bersalah. Apa yang harus ia lakukan? Ia kemudian berfikir memberitahykan yang sebenarya megenai is surat tersebut. ia kemudian berlari kembali kearah halte tempat Sawako menuggu bus.
Tapi, saat melihat Sawako sangat bahagia sambil memegang surat itu. Ia tak tega untuk mengatakan kebenarannya. Jadi ia mengurungkan niatnya.
Yuuki kemudian memutskan mengirimkan surat atas nama pacar Sawako.
Saat di sekolah, Yuuki membaca buku mengenai menulis surat. Disaat kebingnganya seorang guru aita menghampirinya,”surat apakah meulis surat cinta?”Tanya si guru. Dengan cepat Yuuki membantahya.
“jangan malu2”
“aku tidak”
“susah, bukan? Mencoba meyusun kata2 …”
“benarkan?” tanpa sadar Yuuki menjawabya.”akutidak puny aide bagaimana harus menlisya.”
“hanya jadilah dirimu sendiri. Simple is best.” Saran si guru.
Di sebuah café, Yuuki merenungkan saran gurunya. Ia mencoba menulis surat buat Sawako. Ia bingung apakah yang ia lakukan itu benar? Kemudian dengan memikirka Sawako ia menulis suratnya.
Saat Yuuki menuju ke ruang music, ia melihat Sawako sedang menunggnya di depan pintuuntuk meminta tolog membacakan surat yag ia kira dari pacarnya.
Dear Sawako.
Apakah kau baik2 saja …?
Aku ingin bertemu denganmu.
Medegarkanmu saat bermain piano.
Aku memikirkannya setiap hari.
Aku akan menulisnya lagi.
Sawako berterima kasih Yuuki mau membacakannya. Sedangkan Yuuki lega karena Sawako tidak menyadari jika suratnya palsu.
“’dia … tidak perah berkata seperti itu padaku dalam kenyataan.”kata Sawako. Yuuki jadi gugup jika Sawako tahu surat itu palsu.”itu kenapa …aku tersentuh.lanjut Sawako. Yuuki lega mendegarnya karena itu berarti Sawako tak menyadarinya.
Yuki menulis suratnya lagi di café.
Dear Sawako
Bagaimana kabarmu?
Aku sibuk seperti biasanya tapi aku sehat2 saja
Aku mengamatinya saat membaca surat
Kebiasaanya memainkan piano ada dalam pikiranku.
Aku memikirkanya ketika aku meulis(surat).
Saat dia menggenggam surat itu …
Satu demi satu …
“aku ingin menjadi surat itu!” kata Yuuki berkata pada dirinya sendiri
XXX
Ketika aku berfikir disentuh oleh jari2mu yang putih …
Aku jadi jealous pada surat ini.
Aku berharap bisa menggeggam tanganmu segera.
“Hari ini … suratmya sedikit pervert.komentar Sawako yang membuat Yuuki terkejut.”tapi mugkin itu bagaimana dia. Dia menemukan ketertarikan melihat jari2ku meekan kunci piano. Dia mengatakannya dengan erotic dan menuangkanya.”
“aku suka melihatya …”jawab Yuuki tapa sadar menanggapiperkataan Sawako. Tetu saja ia langsung mengoreksinya,”eh … aku bermaksud melihat permainanmu langsung.”
“tentu saja. Untuk berterima kasih padamu karena telah membacakannya untukku.”
Dia bermain (piano) untukku.
Tidak … dia tidak …Itu bukan untukku …
Dia bermain untuk(pacar)nya …
Yang aku inginkan adalah …Bukan surat.
Aku ingin … bersamanya.
Jika … aku membacakan suratnya yang aku tulis sendiri.
Bisakah dia menerimaku?
Saat Yuuki meulis surat ia membayagka wajah Sawako yag sedih jika tahu bahwa sema surat2 itu dariya.
XXX
Yuuki bertepuk tangan setelah Sawako memainka pianonya. Sawako juga senang karena Yuuki datang diwaktu yang tepat, karena ia ingin Yuuki membacakan suratnya. Yuuki membacakan suratnya dengan lantang.
Dear Sawako
Hari2ku … biasa saja, tenang, dan membosankan.
Tapi ada sesuatu yang aku lihat.
Itu adalah kau!
Sawako yang tadinya tersenyum menjadi terdiam, ia menyadarijika itu bukan dari pacarnya.mungki iajuga tahu itu dari Yuuki.
Aku suka melihatmu …tertawa, menangis, dan tersenyum saat suratku dibaca.
Aku selalu ingin … utuk melihatmu
Apakah aku … tidak cukup baik?
Sawako tampak bingung dan bersedih”surat ini … aku tidak bisa menerimanya, aku tidak meyukainya. Aku senang, kau tahu! Aku berfikir tentang apa yang dia aka kataka di dalam surat selanjutnya. Aku memikirnya setiap hari. Ketika aku menerima suratnya, aku bisa tetap hidup.”
Yuuki menggenggam tangan Sawako,”itu tanganku.”kmudian menempekan tangan Sawako ke wajahnya, ia berkata degan sedih”ini adalah wajahku. Sawako-san, lihatlah aku! Ini adalah diriku! Orang yang menulis surat adalah ..”
Karena tak ingin mendengar kebenaraya, Sawako mendorong Yuuki hingga tersugkur. Ia berlari, dan hampir saja jatuh ke bawah paggung jika Yuuki tak menariknya.
“jangan mengatakannya”kata Sawako histeris.”tolong… jangan mengatakannya … aku tidak tahu! Apa … apa yang harus aku lakukan?! Aku tidak tahu!”
Karena tak tega melihat Sawako bersedih, Yuuki berkata bahwa semuanya baik2 saja,”surat2 itu akan datang lagi besok. Besoh … kau akan menerima suratnya lagi besok. Okay? Semuanya baik2 saja.”
XXX
Walau bersedih, Yuuki tetap menulis suratnya. Jika ia ingi membuatnya tersenyum. Itu adalah yang harus ia lakukan.
Dear Sawako
Bagaimana kabarmu?
Aku akan menulis utukmu setiap hari mulai sekarang.
Aku erharap aku bisa tetap di pikiranmu …
Setiap hari… Bermain piano untukku …
Aku harap … kau tidak akan melupakanku.
XXX
Saat akan masuk ruang music, Yuuki tidak melihat Sawako di depan pintu seperti biasa. Mungkin karena khawatir Sawako pergi, Ia dengan cepat berlari masuk kedalam. Teryata Sawako telah menunggunya, saat Yuuki masuk Sawako berjalan mendekatinya.
Sambil tersenyum Ia meraba wajah Yuuki,”pipi, hidung, bibir.”
“Yuuki-kun? Maukah kau mendengarkan permainan (piano)ku?”pinta Sawako. Kemudia ia menggadeng tangan Yuuki yang sedang bingung menuju piano. Tapi kemdian Yuuki ganti mengarahkanya.
Sawako bermain piano untuk Yuuki.
The end
Tidak ada komentar:
Posting Komentar